bebas bayar, pembayaran mudah dan cepat, transaksi online, pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online

Asal Kata Indonesia

Asal Kata Indonesia

Yang lagi hangat dan bakalan bikin Heboh sekarang ini adalah Usulan Nama Indonesia menjadi Nusantara yang digaungkan seorang pakar Metafisika yang juga seorang doktor University of Metaphysics International Los Angeles, California, Amerika Serika. Menurut Arkand, Indonesia Kaboten Jeneng ( Nama yang Berat ) sehingga negara ini menjadi sering sakit-sakitan. Jika di Indonesia ini seorang Bayi lahir, maka orang tuanya akan memilihkan Nama yang bagus dan bermakna Baik, dengan harapan kelak akan menjadi Manusia yang Baik dan memiliki kehidupan yang baik pula.

Apakah  Kata Indonesia itu Kurang Baik? menurut Arkand, secara Metafisika nama Indonesia Tidak Baik, asal usulnya juga tidak jelas dan lebih sebagai peninggalan Feodal, makanya Negeri ini selalu sakit dan budaya terjajah masih meliputinya. Menurut Arkand, Nama Nusantara lebih baik karena mengandung makna yang baik.
Asal Kata "Indonesia"

Asal usul kata Indonesia sampai sekarang ini belum diketahui secara jelas, begitu juga makna dari kata itu yang menjadi Nama Negara kita.Salah satu sumber menyebut bahwa Indonesia berasal dari kata Indunesia. Nama itu berasal dari penyebutan George Samuel Windsor Earl, seorang ahli etnologi bangsa Inggris.

Dalam artikel di majalah 'of the Indian Archipelago and Eastern Asia' ( Tahun 1847 ) Earl menulis soal 'Karakteristik Terkemuka dari Bangsa-bangsa Papua, Australia dan Melayu-Polinesia'. Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia.

Namun penyebutan Indunesia itu lalu dikritik oleh James Richardson Logan. Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago (Etnologi dari Kepulauan Hindia) pada tahun 1850. Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan kesetujuannya tentang perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah Indian Archipelago (Kepulauan Hindia) terlalu panjang dan membingungkan.

Logan kemudian memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia. Dan itu membuktikan bahwa sebagian kalangan Eropa tetap meyakini bahwa penduduk di kepulauan ini adalah Indian, sebuah julukan yang dipertahankan karena sudah terlanjur akrab di Eropa.

Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan (diterjemahkan ke Bahasa Indonesia):

"Mr Earl menyarankan istilah etnografi 'Indunesian', tetapi menolaknya dan mendukung 'Malayunesian'. Saya lebih suka istilah geografis murni 'Indonesia', yang hanya sinonim yang lebih pendek untuk Pulau-pulau Hindia atau Kepulauan Hindia," tulis Logan dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, tahun 1850.

Sejak saat itu Indonesia mulai sering disebut. Bahkan dalam beberapa artikel ilmiah, banyak pengarang yang sudah mulai menggunakan nama Indonesia untuk menyebut daerah yang saat itu masih dikuasai Belanda atau Hindia Belanda.

Nusantara

Kata atau istilah Nusantara dari asal kata Nuswantara dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit. Dalam konsep kenegaraan di Jawa pada abad ke-13 hingga ke-15, seorang raja yang memerintah dianggap sebagai penjelmaan dewa. Karena itu, daerah kekuasaannya memancarkan konsep kekuasaan seorang dewa.

Di zaman kerajaan Majapahit, wilayah kekuasaannya dibagi menjadi tiga lapisan. Tingkat pertama disebut Negara Agung, yang merupakan daerah sekeliling ibu kota kerajaan tempat raja memerintah.

Kedua adalah Mancanegara, atau daerah-daerah di Pulau Jawa dan sekitar yang budayanya masih mirip dengan Negara Agung, tetapi sudah berada di daerah perbatasan. Dilihat dari sudut pandang ini, Madura dan Bali adalah daerah mancanegara. Lampung dan juga Palembang juga dianggap daerah mancanegara.

Lapis ketiga adalah Nusantara, yang berarti pulau lain (di luar Jawa) adalah daerah di luar pengaruh budaya Jawa tetapi masih diklaim sebagai daerah taklukan atau jajahan Majapahit. Para pemimpin di negara yang termasuk wilayah Nusantara ini para penguasanya harus membayar upeti kepada Raja Majapahit.

Merujuk dua artikel di atas, dengan usulan mengubah Indonesia dengan Nusantara, Arkand seolah ingin beromantisme (mengenang kejayaan masa lalu). Di zaman Nusantara, negeri ini berjaya dan makmur, sedangkan Indonesia mungkin dianggap peninggalan feodal, sehingga budaya negeri terjajah seolah masih terbawa hingga kini.

PASANG IKLAN GRATIS:: Tanpa Daftar :::
Iklan Langsung Tayang secara massal :::

Info Terkait

:::KONTER PULSA WAJIB TAHU INI:::

Terimakasih jika Anda berkenan memberi Komentar dengan bahasa yang Santun