bebas bayar, pembayaran mudah dan cepat, transaksi online, pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online

Mudik, Tradisi turun temurun di Indonesia

Mudik, Tradisi turun temurun di Indonesia

Mudik Lebaran menjadi fenomena yang lazim terjadi setiap tahun menjelang lebaran atau Hari Raya Idul Fitri di Indonesia, hal itu tak luput pernah saya alami saat saya masih menjadi perantau di Ibukota Jakarta. Bagaimana tidak, mudik menjadi tren terutama bagi saya pribadi waktu itu, soalnya sebagai seorang karyawan yang hanya punya jatah libur 1 hari setiap minggu, lebaran menjadi saat yang dinanti-nanti karena jatah liburan yang lumayan panjang. 7 hari jatah libur yang diberikan perusahaan menjadi sebuah kesempatan yang tidak boleh disia-siakan bagi saya waktu itu.


Hal itu mungkin tak jauh beda dengan keadaan yang dialami teman-teman saat ini...Libur Panjang menjadi kesempatan Langka yang hanya bisa dinikmati setahun sekali dan kesempatan itu dimanfaatkan untuk Mudik, bersilaturahhim dengan keluarga di kampung.

Mudik menjadi sebuah tradisi yang mutlak harus dilaksanakan. Karena pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain tentunya juga sowan dengan orang tua.


Asal kata Mudik

Mudik diambil dari kata "udik" yang berati kampung atau jauh dari kota.
entah sejak kapan tradisi mudik pulang kampung di indonesia dimulai. Namun menurut budayawan Jacob Soemardjo, mudik merupakan tradisi primordial masyarakat petani Jawa yang sudah mengenal tradisi ini jauh sebelum berdiri Kerajaan Majapahit untuk membersihkan pekuburan dan doa bersama kepada dewa-dewa di kahyangan untuk memohon keselamatan kampung halamannya yang rutin dilakukan sekali dalam setahun. Kebiasaan membersihkan dan berdoa bersama di pekuburan sanak keluarga sewaktu pulang kampung sampai saat ini masih banyak ditemukan di daerah Jawa.

Budaya mudik adalah suatu nilai sosial positif bagi masyarakat Indonesia, karena dengan mudikberarti masyarakat masih menjunjung nilai silaturahmi antara keluarga.
acara mudik khususnya menjelang lebaran bukan hanya menjadi milik umat muslim yang akan merayakanidul fitri bersama keluarga, namun telah menjadi milik "masyarakat indonesia" seluruhnya. karenapada dasarnya bersilaturahmi adalah hakikat dari kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. karenamanusia sebagai makhluk sosial tidak akan dapat hidup tanpa orang lain, meskipun manusia adalah juga makhluk individu yang berhak menetukan tujuan hidupnya sendiri.

Unjuk Keberhasilan


Selain untuk bersilaturahmi, mudik juga digunakan sebagai momen untuk menunjukkan sebuah eksistensi para pemudik kepada orang lain. Dengan bertemu sanak keluarga, mereka bisa menunjukkan sampai sejauh mana hasil jerih payah mencapai taraf hidup di perantauan. meskipun ajang "pamer" ini cenderung berdampak negatif. para perantau rela menghamburkan tabungannya, jerih payahnya selama dirantau untuk menunjukkan "keberhasilan" kepada keluarga dan tetangga. tak heran dealer handphone dan motor/mobil sangat laris menjelang hari lebaran.

 

Sebenarnya pulang kampung bukan hanya terdapat di Indonesia, di masyarakat eropa atau amerika pun,mereka memiliki tradisi berkumpul makan bersama keluarga besar di malam natal. meskipun mobilisasi yang ada tak sehebat "pulang kampung" di indonesia. diperkirakan mobilitas mudik di indonesia,adalah mobilisasi penduduk terbesar di dunia setiap tahunnya.hal ini juga berarti masih pekatnya sentralisasi pembangunan, pemerintahan, dan ekonomi Indonesia di Jakarta. Pegawai swasta, pegawai pemerintah, anak kuliah, pembantu rumah tangga, semuanya pulangke kampung halaman dari jakarta, seolah identik bahwa jakarta adalah ladang sumber penghidupan.
Pemerintah harus mulai memikirkan pemerataan pembangunan. supaya beban urbanisasi bisa ditekan.

Rindu kampung halaman

Ribuan orang bahkan jutaan, berbondong2 berebut tiket kereta api, bus, pesawat, kapal laut, travel bahkan rela naik mobil atau motor pribadi semalaman suntuk hanya untuk merayakan hari raya bersama keluarga.
Saya membayangkan begitu indahnya niat hati orang-orang yang pulang kampung hanya untuk bertemu keluarga. karena ternyata masyarakat kita masih peduli dengan keluarga. sangat ironis memang ketika menyaksikan berita2 kriminal ada, ibu membuang anaknya, anak membunuh orang tua, sesama keluarga saling bertengkar. Sedikit terbayar sudah keprihatinan itu ketika menyaksikan jutaan orang "mati-matian" merindukan keluarga untuk pulang kampung.


Orang yang mencintai kampung halamannya adalah orang yang tidak lupa darimana dia berasal, lebih filosofis adalah ibarat kacang yang tak lupa akan kulitnya. atau menurut pepatah "Sejauh-jauh burung terbang, akhirnya akan kembali ke sarangnya" oleh karena itu mudik juga dapat digunakan untuk sebuah refleksi diri kembali ke asal, kembali kebelakang, bahkan sampai di masa kecil kita.

Pernahkah terbayang ketika kita di sini saat ini, sedang menggunakan internet, dan terpikir dikampung halaman kita, mungkin masih banyak orang yang tak tahu apa itu internet.
Ketika kita dengan mudah berkomunikasi dengan handphone, fasilitas hiburan yang beragam, tempat makan yang bervariasi, semuanya mudah dan praktis. Sedangkan di tempat lain sangat mungkin orang2 di kampung harus berjuang untuk sekedar hidup yang layak.

Tentunya jangan sampai hanya berhenti pada keperihatinan di situ, namun seharusnya ada komitmen untuk membangun kampung halaman kita.

source: berbagai sumber

PASANG IKLAN GRATIS:: Tanpa Daftar :::
Iklan Langsung Tayang secara massal :::

Info Terkait

:::KONTER PULSA WAJIB TAHU INI:::

Terimakasih jika Anda berkenan memberi Komentar dengan bahasa yang Santun