Di kandang kambing berukuran 3x6 meter, Karno tinggal bersama istri dan ketiga anaknya. Kondisi mereka sangat memprihatinkan. Mereka tidur bersama delapan kambing peliharaannya dan hanya dipisahkan sekat plastik.
Di tempat itu pula, Karno dan keluarganya melakukan aktivitas hidup sehari-hari. "Ya di sini ini kami hidup. Ini terpaksa dijalani karena kami tidak punya rumah. Jangankan mengontrak rumah, untuk makan sehari-hari saja kami kesulitan," tutur Karno didampingi istrinya, Warisah (35).
Karno mengaku, kambing yang dipelihara itu bukan miliknya, tetapi milik warga. Pihaknya hanya diminta memelihara. Kandang kambing yang di tempati juga mengontrak dari warga. Kandang itu dikontrak oleh pemilik kambing. Dari memelihara ternak itu, dirinya mendapatkan bagian setengah dari hasil kambing yang dijual.
"Delapan ekor kambing ini punya Pak Rosid, saya hanya diminta memeliharanya. Karena saya tidak ada rumah, terpaksa saya jadikan rumah sekalian," katanya.
Dia menuturkan, hidup di kandang kambing bersama keluarga sudah dijalaninya selama 8 tahun. Itu karena kehidupannya yang memang tidak mampu.
Sebelum di kandang kambing yang kini di tempatinya, ia menempati kandang kambing di tanah lepe-lepe tak jauh dari tempat sekarang. Di tempat itu, ia dan keluargannya tinggal selama 6 tahun.
"Kalau di sini saya baru tinggal selama 2 tahun. Saya pindah ke sini setelah kambing yang dulu dipelihara dijual pemiliknya. Setelah itu, saya diminta memilihara kambing warga lain," ungkapnya.
Karno mengungkapkan, program pemerintah terkait rehab rumah tak layak huni tak pernah diterimanya. Ia dan keluarga hanya menerima bantuan beras miskin (raskin). Namun, bantuan itu tidak diterima penuh setiap bulan. Ketika tidak ada uang dan tak mampu beli beras, keluargannya terpaksa mengkonsumsi nasi aking. "Beras raskin saya terima 7 kg, tetapi tidak setiap bulan," sambungnya.
PASANG IKLAN GRATIS:: Tanpa Daftar ::: Iklan Langsung Tayang secara massal ::: |
Terimakasih jika Anda berkenan memberi Komentar dengan bahasa yang Santun