bebas bayar, pembayaran mudah dan cepat, transaksi online, pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online

Film Indonesia ? Haruskah tidur lagi..?

Film Indonesia ? Haruskah tidur lagi..?

Sinema indonesia mulai menampakan kebangkitannya kembali pada era 2000 an atau memasuki abad Milenium ketiga ini,itu terlihat dengan munculnya banyak produksi film-film baru dari produsen film yang sekian lama telah "tertidur" karena kelelahan setelah mengalami minusnya perkembangan sinema kita.Para sineas kita nampaknya kembali bersemangat belakangan ini,ditambah munculnya banyak
sineas baru dan Production House baru yang mencoba peruntungan dengan menyuguhkan tontonan publik berupa cerita bergambar hidup itu.
Selain berkompetisi memproduksi Film untuk konsumsi Bioskop,PH dengan para kreatornya juga bersaing untuk memproduksi Sinetron,bahkan menawarkan konsep lain yakni Film Televisi yang istilahnya FTV,apalagi semakin maraknya perkembangan Televisi di tanah air yang merebak bagai jamur,ditambah munculnya Televisi-televisi lokal hampir di setiap daerah,membuat kesempatan untuk berproduksi sinema tv semakin luas pangsa pasarnya.
Apalagi pangsa iklan yang berkembang pesat saat ini,membuat lahan produksi semakin "gurih" saja dirasakan para sineas,dan produser film,bahkan tak jarang sebuah film mengetengahkan tema yang dipesan oleh sebuah produk komersil,sebagai film promosi terselubung untuk meraih simpati konsumen luas dengan kemasan cerita.
Tentunya hal itu sah-sah saja,sementara bagaimana reaksi konsumen sebuah produk bergantung pada kecermatan para kreator filmnya untuk menciptakan kesan bagi calon konsumen.
Sepintas perkembangan dunia perfilman dan pertelevisian kita,cukup menggembirakan,tetapi tentunya masih diperlukan banyak sekali perbaikan yang harus diperhatikan para pembuatnya,karena film dan sinetron yang dibuat cenderung mengetengahkan tema yang seragam dan kurang variatif,hanya berputar-butar pada hal-hal yang berbau cinta,keluarga atau horor yang sebenarnya merupakan pengulangan cerita yang dibolak-balik saja..
Apalagi tema sinetron dan FTV yang ceritanya hanya berputar-putar pada tema cinta,KDRT,dan perebutan warisan,yang sama sekali tak mendidik psikologi masyarakat dan cenderung pembodohan.
Membolak-balikan kebenaran dengan menampilkan sosok lemah sebagai orang yang berpegang pada hal yang benar dan justru sosok kejahatan dilukiskan dengan orang kreatif dan banyak ide,ini tentunya sebuah penjajahan mental bagi pemirsanya,karena seolah-olah ada pesan dalam cerita itu bahwa Orang yang "benar" akan selalu "lemah dan teraniaya",sementara untuk menjadi "kreatif dan banyak akal,harus menjadi jahat",tentunya bagi penonton yang awam akan sangat berpengaruh,dengan memunculkan sikap"nerimo" walaupun tertindas,karena merasa memegang kebenaran,seperti Tokoh idolanya...
Hal ini sangatlah merusak mental masyarakat kita yang selama ini sudah banyak pantangan peninggalan penjajah Kolonial Belanda,dan sangat membudaya,tetapi membuat mereka bersikap ortodok,dan takut perubahan karena takut salah.
Dan ditambah suguhan sinetron Buruk yang mereka lahap setiap hari,membuat mereka makin takut terhadap sikap keberanian,karena sesuai sinetron,"keberanian hanya dimiliki oleh para Penjahat",Orang benar harus mengalah,mengalah dan mengalah,dan jangan membuka fakta kebenaran jika akan merusak hubungan baik seseorang,,begitu pesan sinetron yang dimainkan tokoh-tokohnya.
Jika begini kenyataanya,mengapa ini dibiarkan,,dimana Lembaga sensor Film kita,mereka nonton dulu ga,atau baca skenarionya dulu ga,?, sebelum meloloskan sebuah film atau sinetron yang akan dikonsumsi publik? apalagi sebagian besar pemirsanya adalah masyarakat pedesaan yang masih konservatif,,dan harus dijejali tontonan tidak bermutu terus menerus..,bagaimana kita bisa membangun dan maju kalau rakyat disuguhi kebodohan setiap waktu..? sementara cerita yang agak bermutu justru digunting-gunting atau bahkan dicekal oleh LSF..?
Mengapa film bagus diawasi..? takut masyarakat menjadi "cerdas?"
mengapa  seolah banyak orang pihak melihat masyarakat terbelakang dan "Nurut"..
apakah supaya mereka gampang di bodohi..?
Takut kalau masyarakat maju pola pikirnya...?
Film dan Sinetron adalah sarana yang sangat memberi kesan bagi penontonnya,dan akan melekat dalam dihati mereka,buktinya,,banyak pemainnya yang dipuja-puja karena berperan baik/protagonis,dan banyak artis di gampar di mall karena berperan jahat/antagonis,itu terjadi karena cerita yang menurut penontonnya seolah-olah sebuah Realita..
Untuk itu jika tayangan-tayangan TV dan Film tidak dibenahi kembali mutu ceritanya, akan membahayakan mental para penikmatnya....,Pemerintah juga harus cermat dalam menyeleksi cerita yang bakal tayang,sebelum menyatakan lolos sensor,dan jangan hanya karena sudah kenal sama produsernya,kemudian Acc saja tanpa memperhatikan dampaknya bagi mental publik pemirsanya.Sudah saatnya Film indonesia harus lebih bermutu,dan pemerintah juga harus memberi keleluasaan para kreator film untuk mengangkat teme-tema yang unik,sehingga cerita yang dibuat lebih bervariasi,,pemerintah jangan terlalu kebanyakan aturan dan batasan seperti era orde baru,jika tak ingin industri perfilman dan persinetronan kita kembali"Tidur lagi".

PASANG IKLAN GRATIS:: Tanpa Daftar :::
Iklan Langsung Tayang secara massal :::

Info Terkait

:::KONTER PULSA WAJIB TAHU INI:::

Terimakasih jika Anda berkenan memberi Komentar dengan bahasa yang Santun