Makna Lambang Muladhara Cakra

Crop Circle Sleman
Crop Circle di Sleman Sangat berbeda dengan crop circle yang pernah ditemukan di Eropa dan Amerika. Umumnya memang dibuat di tanah kering atau agak kering, seperti di ladang gandum atau kebun jagung.

Crop circle Berbah pun menjadi begitu istimewa, dengan tingkat kesulitan pembuatannya yang begitu tinggi dan berisiko.

Dari sisi para ilmuwan eksakta, pola misterius di Berbah tak dipercaya fenomena alam, semisal angin atau hujan. Dosen jurusan geofisika UGM Dr Wiwid Suryanto Msi menepis angin lah yang membentuk pola-pola sangat presisi itu.

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Yogyakarta Tony Agus Wijaya Ssi juga menepikan kemungkinan angin musabab terbentuknya pola itu. Menurutnya angin dapat membentuk pola melingkar, tapi bentuknya tidak beraturan,

Masih menurut Wiwid, Ini tidak mungkin fenomena alam. Angin atau apapun tidak mungkin menciptakan bentuk-bentuk yang sangat simetris,

Wiwid bahkan memperkirakan pola geometris seluas 60 meter ini dibuat empat hingga enam orang. Cara membentuk polanya diinjak-injak dengan arah yang sama dan terukur. 

Tapi penjelasan rasional ini masih sulit dipercaya banyak orang. Luas area, kepadatan penduduk, dan belum satu pun saksi yang melihat ada kegiatan orang atau kelompok orang di sawah itu malam harinya membuat keraguan makin menumpuk. 

Pendiri Beta UFO Indonesia Bayu Yunantias Amus yakin crop circle itu asli, bukan buatan manusia. Menurut pendapatnya, Untuk sebuah pekerjaan iseng dibutuhkan usaha besar, tidak mungkin terjadi dalam hitungan jam,
 
Crop circle asli menurut Bayu cukup dikerjakan dalam waktu 15 menit untuk jejak selebar 60 meter tersebut. Ia menjelaskan, Pesawat UFO juga biasanya tidak mendarat. Untuk kasus di Sleman ini menurut saya pesawat berhenti dengan jarak 10 meter dari tanah,
 Makna Lambang Muladhara
 
Pola aneh simetris --dunia barat populer menyebutnya crop circle-- di Berbah juga diyakini simbol yang telah dikenali sejak lama. Pola gambarnya jika dilihat utuh dari atas identik dengan simbol muladhara cakra dalam khasanah Hindu.

Muladhara pantang disentuh karena di dalamnya hadir jalan pikiran yang beroposisi, nafsu-nafsu kesukaan, aspirasi-aspirasi yang sebenarnya "tertidur" dengan damai. Jika dipaksa buka, bisa-bisa fatal secara mental dan seksual.

Itulah sebabnya banyak orang sakti yang gila dan arogan, maniak skes dan berperilaku diktator, dan jahat, karena sumber-sumber asuranya ikut terbuka. Simbol yang muncul di Berbah dengan demikian mengingatkan orang agar tak sembarangan dengan muladhara cakra dalam tubuh manusia.

Julius Perdana, administrator Beta-UFO Indonesia, komunitas pemburu jejak ekstraterestrial meyakini pola itu sama dengan yang pernah dipelajarinya pada kasus crop circle di lokasi lain. Julisu bahkan mendeskrisikan ciri-ciri simbol muladhara cakra.

"Muladhara dideskripsikan berwarna kuning, lotus bujursangkar (empat daun) dikelilingi oleh delapan tombak yg berkilauan di samping dan di sudut dan 
dengan empat buah daun bunga," kata Julius 
menuliskan tafsirnya atas pola aneh pertama yang 
muncul di Indonesia ini. 
Lambang Muladara Cakra
Begitu pula tanggapan pendeta Hindu di Pura Jagatnatha Banguntopo, Banguntapan, Bantul. "Iya, ini lambang muladhara cakra. Cakra pertama dalam ilmu meditasi. Merupakan pintu pembuka untuk membangkitkan energi naga Kundalini," kata Achir Murti Adiwiyono.  

Sayang, keduanya belum mampu menerjemahkan apa pesan yang terkandung dalam pola aneh yang identik dengan simbol muladhara cakra itu. 

Serangkaian wawancara dengan pekerja seni, ahli desain visual, akademisi seni rupa, dan para ilmuwan di Yogya juga belum memberikan titik cerah teka-teki ini. 

Edy Susilo MSi, dosen Ilmu Komunikasi Fisip UPN Veteran Yogyakarta mengaku masih sulit menebak makna pesan dari pola unik itu. Ia hanya yakin si pembuat atau komunikatornya memiliki maksud tertentu yang ingin disampaikan ke khalayak ramai. 

"Ketika kita berbicara dari perspektif semiotika, pola circle crop Berbah merupakan suatu pesan," kata Edy. Namun makna pesan yang terkandung di pola tersebut tidak bisa berdiri secara tunggal. Artinya, setiap orang bebas menafsirkan dari sudut pandang mana melihatnya.

"Ketika ingin menganalisa makna di simbol itu, kita harus mengetahui frame dan latar belakang sang pembuat. Jika tidak mengetahuinya, kita akan kehilangan konteks makna tersebut," imbuhnya.

Edy berujar, akan lebih bijaksana, jika makna yang terkandung di pola circle crop Berbah, dibiarkan lepas di permukaan. "Baiknya, tidak ada pihak yang menglaim tafsirnya yang paling benar. Karena tak ada makna tunggal pada pola circle crop Berbah," katanya. 

Tanggapan sama disampaikan dosen Disain Komunikasi Visual dan pakar semiotika ISI Yogyakarta Sumbo Tinarbuko. Jika merujuk pada ilmu semiotika, Sumbo berujar, circle crop itu belum bisa menjadi tanda, karena konteksnya belum ditemukan. 

Siapa yang membuat dan tujuannya apa, masih menjadi misteri hingga sekarang ini. Meskipun di luar negeri banyak kejadian serupa telah terungkap, atau belakangan diketahui buatan manusia atau seniman dan ahli instalasi.

"Untuk kasus Berbah, seharusnya ini dicatat saja untuk sejarah ke depan. Biarkan orang menafsirkan simbol yang terbentuk. Karena jika konteksnya tidak diketahui, hanya akan terjadi debat kusir. Fenomena crop circle kan masih menjadi polemik berbagai disiplin ilmu," jelasnya.

Sumbo pun belum memberi sikap apakah pola itu buatan manusia, makhluk ekstraterestrial, jejak UFO, atau fenomena alam. "Semua kemungkinan bisa dikaitkan. Karena hal ini multi interpretasi. Tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya," kata Sumbo.

Karya yang sepintas halus, rapi, presisi di areal sawah yang begitu luas memang mengundang decak kagum. Kalangan pekerja seni di Yogya pun geleng-geleng kepala. Rolly Love Hate Love salah seorangnya.

Seniman grafiti yang kerap berkarya di dinding-dinding Kota Yogya itu menyebut hanya orang "gila" membuat crop circle dalam waktu satu malam. Rolly yakin belum ada seniman di Yogya, maupun Indonesia yang memiliki kemampuan membuat karya seperti itu. 

Bayu Widodo, seorang perupa Yogya juga geleng-geleng kepala. Karya seni dengan kesempurnaan presisi dan singkatnya waktu pembuatan seperti di Berbah, belum bisa diterima akal. "Karya seperti itu membutuhkan konsep dan eksekusi yang matang," katanya. 

"Apalagi tak ada jejak kegiatan manusia di sekitarnya. Kalau itu memang karya manusia, bisa dipastikan orang itu sudah melakukan pengukuran di lapangan, jauh hari sebelum pembuatan. Itupun harus dilakukan berulang kali," terang Bayu.

"Karya seperti itu harus dibuat oleh kelompok, antara empat sampai lima orang. Saya yakin, tak akan selesai dalam waktu satu malam. Terlebih lokasinya gelap dan tanahnya basah," imbuhnya dengan ekspresi yakin. 

Karena itu Rolly dan Bayu sulit meyakini crop circle Berbah buatan seniman. Yang bisa dipastikan, itu adalah sebuah simbol yang memiliki makna. "Biarkan orang menafsirkan makna apa yang ada didalamnya," pungkas Rolly.


-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

No comments:

Post a Comment

Terimakasih jika Anda berkenan memberi Komentar dengan bahasa yang Santun